Minggu, 26 Juni 2011

Terapi tingkah laku

Anak yang mengalami masalah dalam tumbuh kembang serta anak yang menderita autis seringkali terlihat frustasi. Mereka kesulitan untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka dan menderita akibat hipersensitifitas terhadap suara, cahaya ataupun sentuhan sehingga terkadang mereka berlaku kasar atau mengganggu. Seorang terapis tingkah laku dilatih untuk dapat mengetahui penyebab dibalik prilaku negative tersebut dan merekomendasikan perubahan terhadap lingkungan ataupun keseharian anak untuk dapat memperbaiki tingkah lakunya.Menurut Marquis, terapi tingkah laku adalah suatu teknik yang menerapkan informasi-informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia.
Jadi tingkah laku berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah laku mereka.Istilah terapi tingkah laku atau konseling behavioristik berasal dari bahasa Inggris Behavior Counseling yang untuk pertama kali digunakan oleh Jhon D. Krumboln (1964). Krumboln adalah promotor utama dalam menerapkan pendekatan behavioristik terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang memandang hubungan antar pribadi, antara konselor dan konseling sebagai komponen yang mutlak diperlukan dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada seseorang.
Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antar pribadi itu tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam prilaku konseling memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah. Perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali yang berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu proses konseling dipandang sebagai suatu proses pendidikan yang terpusat pada usaha membantu dan kesediaan dibantu untuk belajar perilaku baru, dan dengan demikian mengatasi berbagai macam masalah. Perhatian difokuskan pada perilaku-perilaku tertentu untuk dapat diamati, yang selama proses konseling melalui prosedur-prosedur dan teknik-teknik tertentu akhirnya menghasilkan perubahan yang nyata, yang juga dapat disaksikan dengan jelas.
Jadi perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu dapat diubah dengan belajar baru. Dengan demikian, proses konseling pada dasarnya sebagai suatu proses belajar.
 B.     Konsep Utama, Ciri-ciri dan Tujuan Terapi Tingkah Laku
Konsep utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagai bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :
a.      Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya.
b.      Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya  dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
c.       Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar,pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.
d.     Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Sejalan dengan keyakinan-keyakinan itu, bagi seorang konselor perilaku konseling merupakan hasil pengelaman-pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kalau perilaku konseling ditinjau dari sudut pandang, apakah perilaku itu tepat dan sesuai dengan situasi kehidupannya atau tidak tepat atau salah atau dikatakan bahwa baik tingkah laku tepat maupun tingkah laku salah, maka merupakan hasil belajar, karena tingkah laku salah juga merupakan hasil belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapus dan diganti dengan tingkah laku yang tepat melalui proses belajar.
Dengan kata lain kalau seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, hal itu disebabkan karena seseorang itu telah belajar bertingkah laku yang salah. Adapun ciri-ciri terapi tingkah laku itu sendiri adalah :
1.            Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
2.            Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
3.            Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
4.            Penaksiran obyektif atau hasil-hasil terapi. Sedangkan tujuan dari terapi tingkah laku itu adalah menciptakan proses baru bagi proses belajar, karena segenap tingkah laku adalah dipelajari.
Ada beberapa kesalah-pahaman tentang tujuan terapi tingkah laku, antara lain :
1. Bahwa tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala suatu gangguan tingkah laku dan setelah gejala itu terhapus, gejala baru akan muncul karena penyebabnya tidak ditangani.
2. Tujuan klien ditentukan dan dipaksanakan oleh terapi tingkah laku. 
C.     Teknik-teknik Terapi Tingkah Laku
Ada lima macam teknik terapi tingkah laku, yaitu :
1. Desensitisasi Sistematik, Teknik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan pemunculan tingkah laku yang hendak dihapus.
2. Teknik Inflosif dan Pembanjiran, Teknik ini berlandasakan kepada paradigma penghapusan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus dalam kondisi berulang-ulang tanpa memberikan penguatan.
3. Latihan Asertif, Teknik ini diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang layak benar. Latihan atau teknik ini membantu orang yang : - Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung- Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak -Dan bentuk lainnya 
4. Teknik Aversi, Teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik dengan stimulus yang menyakitkan sampai stimulus yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi ini biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan.
5. Pengkondisian Operan, Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang mencari ciri organisme yang aktif, yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.  

D.     Kegunaan Terapi Tingkah Laku

Terapi tigkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik individu atau kelompok. Di samping itu terapi tingkah laku dapat dilaksanakan oleh guru, pelatih, orang tua atau pasien itu sendiri. 


Terapi wicara (speech therapy)


Apa itu terapi wicara?
Terapi wicara adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara dengan lebih baik. Terapi ini biasa diberikan kepada:
·         anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan salah satu hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak, di mana seorang anak masih belum mencapai kemampuan bicara yang semestinya sudah dikuasai pada usia tertentu. Tentu sebab dari keadaan ini bisa bermacam-macam, dan harus melalui proses 'screening' untuk bisa mengevaluasi sebab dan solusinya.
·         anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate). Dengan perubahan anatomi sistem bicara, pasien post operasi celah bibir dan langit-langit sangat penting untuk menjalani terapi wicara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari operasi tersebut.
·         anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy)
·         anak-anak/orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya : gagap (stuttering), cadel, dll.
·         pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan bicara, dan terapi wicara bisa membantu pasien melatih kemampuan bicaranya lagi

http://www.angelswing.or.id/pelayanan-terapiwicara.html


Masalah utama dalam hal tumbuh kembang anak adalah bicara. Ini juga dialami penderita autisme yang sulit bicara ataupun berbahasa. Terapi wicara merupakan tindakan yang diperuntukkan bagi individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan berbahasa bicara dan gangguan menelan. Terapi wicara meliputi:
  • Asesmen atau pemeriksaan
  • Pembuatan program terapi
  • Pelaksanaan program terapi
  • Evaluasi program terapi
  • Evaluasi Gabungan (OT, TW,dll)
  • Rujukan ke ahli lain (jika perlu)
Terapi wicara dibutuhkan bagi mereka yang mengalami gangguan:

·         Gangguan Artikulasi, Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh adanya ketidaktepatan dalam memproduksi bunyi ujaran baik vokal maupun konsonan.

·         Gangguan Bahasa, Ketidakmampuan dalam menggunakan simbol-simbol linguistik untuk berkomunikasi, baik secara reseptif dan atau secara ekspresif.

·         Gangguan Suara, Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh adanya ketidakmampuan memproduksi suara (fonasi) secara akurat.

·         Gangguan Irama Kelancaran, Gangguan komunikasi yang diakibatkan adanya perpanjangan atau pengulangan dalam memproduksi bunyi bicara

·         Gangguan Menelan, Ketidakmampuan dalam melakukan gerakan menelan, dimana kondisi ini terbagi dalam 3 fase yaitu fase oral. Fase pharyngeal dan fase esophageal. Gangguan mengunyah dan menghisap juga merupakan salah satu dari gangguan ini.

Terapi bicara/wicara biasa diberikan kepada:
·         anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Ini merupakan salah satu hambatan tumbuh kembang yang paling umum dialami anak, di mana seorang anak masih belum mencapai kemampuan bicara yang semestinya sudah dikuasai pada usia tertentu. Tentu sebab dari keadaan ini bisa bermacam-macam, dan harus melalui proses 'screening' untuk bisa mengevaluasi sebab dan solusinya.
·         anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate). Dengan perubahan anatomi sistem bicara, pasien post operasi celah bibir dan langit-langit sangat penting untuk menjalani terapi wicara untuk mendapatkan hasil yang optimal dari operasi tersebut.
·         anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy)
·         anak-anak/orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya : gagap (stuttering), cadel, dll.
·         pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan bicara, dan terapi wicara bisa membantu pasien melatih kemampuan bicaranya lagi

http://www.childcare-center.com/jenis-terapi-anak/terapi-wicara.html

Terapi Okupasi


Terapi okupasi berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari. Karena kebanyakan penderita autis mengalami perkembangan motorik yang lambat, maka terapi okupasi sangatlah penting. Seorang terapis okupasi juga dapat memberikan latihan sensorik terintegrasi, yaitu suatu teknik yang dapat membantu penderita autisme untuk mengatasi hipersensitifitas terhadap suara, cahaya maupun sentuhan.
Terapi Okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak.
Dengan memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu luang (leisure).
Metoda Pendekatan Terapi Okupasi ini menggunakan beberapa kerangka acuan yang terstandarisasi oleh WFOT (World Federation of Occupational Therapy), meliputi:
a. Kerangka Acuan Psikososial:
  • Behavior/ Perilaku.
  • Object Relation
  • Cognitif Behavior
  • Occupational Behavior
b. Kerangka Acuan Sensomotorik-multisensoris:
  • NDT (Neuro Development Treatment)
  • Sensori Integrasi (Sensory Integration)
  • Movement therapy
Kesemuanya dibutuhkan seorang anak dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya seperti di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.
Child Care Center menyediakan terapis yang kompeten dibidangnya dengan peralatan yang terstandarisasi karena kami sadar bahwa pelayanan yang terbaik adalah kombinasi dari keduanya.
Terapi yang kami berikan akan bermanfaat bagi anak anak dengan gangguan perkembangan, kesulitan di bidang akademis, keterampilan untuk hidup (life skills) serta kemandirian.
Anak anak yang mengalami kesulitan tersebut termasuk didalamnya:
  • Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
  • Down Syndrome
  • Asperger’s Syndrome
  • Kesulitan Belajar
  • Keterlambatan Wicara
  • Gangguan pada Proses Auditori
  • Masalah Perilaku
  • Gangguan perkembangan (Cerebral Palsy/ CP)
  • Sensory Integration Dysfunction
  • Pervasive Developmental Disorder (PDD)
  • Keterlambatan Perkembangan lainnya
http://www.childcare-center.com/jenis-terapi-anak/terapi-okupasi.html

Terapi Okupasi


Apa itu terapi okupasi?
Terapi okupasi adalah terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan motorik halus dengan lebih baik. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan otot-otot kecil yang ada di dalam tangan.
Contoh kemampuan motorik halus :
·         menulis dan menggambar
·         mewarnai
·         menggunting dan menempel
·         mengancing baju
·         mengikat tali sepatu
·         melipat
·         dll
 Siapa yang membutuhkan terapi okupasi?
·         anak-anak yang mengalami keterlambatan keterampilan motorik halus. Ini merupakan salah satu hambatan tumbuh kembang yang bisa dialami anak secara umum.
·         anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, cerebral palsy)
·         pasien stroke terkadang kehilangan kemampuan motorik halus, dan terapi okupasi bisa membantu pasien melatih tangannya lagi


http://www.angelswing.or.id/pelayanan-okupasi.html